Pada tanggal 9 Mei 2012 di Indonesia selama penerbangan demonstrasi jatuh pesawat Rusia terbaru Sukhoi Superjet 100. Ada 45 penumpang di dalamnya dari 5 negara di dunia, termasuk 8 orang Rusia. Tidak ada korban yang ditemukan.
Pesawat regional Rusia Superjet 100 generasi baru melakukan tur demonstrasi di negara-negara Asia. Dia mengunjungi Kazakhstan, Pakistan, Burma dan harus mengunjungi juga Laos dan Vietnam. Pada 9 Mei, pesawat tiba di Jakarta.
Demonstrasi penerbangan dilakukan dari Bandara Hakim Perdanakusuma ibukota. Yang pertama berlangsung setengah jam dan berjalan dengan baik. Yang kedua, diadakan pada hari yang sama, dimulai dalam cuaca cerah. Namun, setelah pesawat melewati pegunungan, ia mengalami hujan dan kabut. 20 menit setelah dimulainya penerbangan, kru meminta izin turun dari pengontrol. Pesawat terbang di ketinggian 3 ribu meter, dan kru, tampaknya, mencoba melewati awan kumulus yang kuat dari bawah, batas atas yang pada hari itu terletak di ketinggian 11, 1 ribu meter. Pesawat menghilang dari layar radar 8 detik setelah menerima izin untuk mengurangi menjadi 1, 8 ribu m.
Keesokan paginya, puing-puing pesawat yang hilang ditemukan di lereng barat Gunung Salak. Menurut kesaksian penyelamat, posisi mereka di permukaan yang hampir vertikal menunjukkan bahwa kapal jatuh rata, mis. pada saat-saat terakhir, pilot mencoba memanjat dengan tajam untuk mengalihkan pesawat dari tabrakan.
Para ahli Indonesia percaya bahwa penyebab kecelakaan itu adalah kesalahan kru. Menurut mereka, pesawat itu seharusnya turun nanti, di kawasan pantai Pangadaran, karena ketinggian terbang minimum yang diperbolehkan di kawasan ini adalah 3,3 ribu meter.
Pada 11 Mei, pakar penerbangan Rusia di Pusat Pelatihan Personel Udara mensimulasikan penerbangan terakhir pesawat SSJ-100 pada simulator khusus. Mereka juga menyimpulkan bahwa kesalahan kru adalah penyebab tragedi itu. Sistem keamanan dipasang di kapal. Semua sinyal diduplikasi. Jika terjadi halangan, pesan ditampilkan di layar pusat dan informan suara diaktifkan. Tidak mungkin untuk tidak memperhatikan sinyal dari sistem peringatan. Para ahli yakin bahwa ini bukan kesalahan pengontrol, karena mereka hanya memberikan tingkat ketinggian dan penurunan. Ketinggian relief harus dimasukkan ke dalam liner BPMR. Eksperimen yang dilakukan tidak resmi, pesertanya hanya mencoba mengklarifikasi sendiri penyebab bencana tersebut.
Spesialis keselamatan penerbangan Vladimir Gerasimov, dengan mempertimbangkan fakta yang tersedia saat ini, juga percaya bahwa kru melanggar standar keselamatan yang ada untuk penerbangan di medan pegunungan. Karena itu adalah penerbangan terkontrol, dan kru tidak melaporkan kegagalan, oleh karena itu, ini bukan masalah teknis, tetapi kesalahan pilot.
Pilot uji terhormat, Pahlawan Rusia Anatoly Knyshov, bagaimanapun, memiliki sudut pandang yang berbeda. Dia mengatakan bahwa SSJ-100 diterbangkan oleh kru yang sangat berpengalaman. Dan kondisi medan dan cuaca harus diperhitungkan tidak hanya oleh pilot, tetapi juga oleh layanan darat. Jika pesawat mencapai bantalan ekstrem, pengontrol berkewajiban untuk memperingatkan kru agar tidak memberikan kesempatan untuk meninggalkan jalur dan, terlebih lagi, untuk turun. Selain itu, ahli percaya bahwa pelepasan petir dapat menyebabkan kegagalan sistem keamanan. Akibatnya, ada kemungkinan kru tidak memiliki informasi lengkap tentang lokasi mereka dan apa yang ada di depan.
Sampai saat ini, kedua perekam penerbangan telah ditemukan. Decoding mereka akan dilakukan oleh spesialis dari laboratorium Jakarta bersama dengan para ahli Rusia. Ada kemungkinan bahwa setelah pekerjaan selesai, mereka akan dapat menyebutkan alasan pasti jatuhnya SSJ-100. Namun sejauh ini hal itu tidak mungkin dilakukan.